BlackBerry Playbook, Android 3.0 Honeycomb, Thunderbolt, dan WebOS tak mampu raih sukses.
Blackberry Playbook
Banyak kekecewaaan yang bisa dipilih jika membicarakan kinerja RIM di 2011, tetapi yang paling signifikan adalah BlackBerry Playbook. Hardware yang membosankan, software yang belum sempurna, pengembangan sistem operasi yang terkendala, dan bahkan pengembangan aplikasi pihak ketiga yang terhambat, penjualan yang buruk, semuanya melengkapi kegagalan saat RIM terjun ke industri tablet.
Tablet PC itu bahkan tidak dilengkapi dengan email client, yang merupakan kekuatan utama dari produk RIM dan pengembangan masa depan menggunakan sistem operasi yang akan dipakai di seluruh produk RIM juga tidak jelas. Bahkan untuk nama sistem operasi saja, yang berubah-ubah mulai dari QNX, kemudian BBX, dan kini menjadi BlackBerry 10, tampaknya tidak dipikirkan secara matang.
Android 3.0
Dengan versi 3.0, Android digadang-gadang akan menjadi pemain utama di dunia tablet. Sistem operasi itu telah didesain ulang untuk bekerja dengan layar yang lebih besar. Banyak aplikasi penting seperti Gmail dan browser di dalamnya sudah diperbaiki. Namun sayangnya, Honeycomb (Android 3.0) malah jadi penuh bug dan lambat. Di beberapa bagian, tampaknya sistem operasi itu belum tuntas.
Di sisi lain, komunitas pengembang juga tampak enggan membuat aplikasi untuk Honeycomb. Kurangnya aplikasi yang tampak bagus di layar lebar terus menjadi masalah utama yang dihadapi perangkat Android. Meski banyak pilihan hardware, mulai dari Motorola Xoom sampai Samsung Galaxy Tab, tablet Android Honeycomb tak mampu mengancam iPad. Bahkan segera setelah Honeycomb dirilis, perhatian justru malah beralih ke Ice Cream Sandwich, sistem operasi Android berikutnya.
AMD
Awalnya, Advanced Micro Devices (AMD) diperkirakan akan mengalami tahun terbaik di 2011. Perusahaan itu berhasil mencurahkan kemampuannya dalam memproduksi CPU dan GPU ke dalam satu perangkat yakni chip Fusion dan tampaknya akan segera menghadirkan netbook alternatif yang mampu menghadirkan HD video playback dan gaming sederhana, di harga yang murah. Tetapi, impian itu musnah.
Produk tablet PC yang dipelopori Apple terlanjur menghancurkan pasar laptop low end yang siap digarap AMD. Di sisi lain, chip Sandy Bridge milik Intel menyapu bersih segmen yang tersisa. Keberhasilan Intel untuk membujuk Apple agar menggunakan teknologinya di MacBook Air serta menggelar segmen ultrabook semakin mengancam kelangsungan hidup AMD.
Parahnya, arsitektur Bulldozer untuk segmen komputer desktop gagal total, khususnya di aplikasi single thread. Akhirnya, AMD terpaksa memecat 1.400 karyawan dan mengaku pada publik bahwa mereka tak lagi sanggup bersaing dengan Intel. Untungnya, mereka masih punya tim ATI yang masih bisa membuat kartu grafis bagus.
Thunderbolt
Jika Anda berharap di 2011 akan ada sebuah port yang bisa menghubungkan apapun ke komputer, Anda perlu kecewa. Meski saat diluncurkan, Thunderbolt diadopsi oleh Macintosh dan sejumlah produsen PC, namun standar baru ini tidak berhasil meraih simpati industri. Meski Intel akan coba mengupayakan lagi standarisasi port komputer di 2012, tampaknya kita masih akan melihat port-port USB, Firewire, HDMI, DisplayPort dan lain-lain berserakan di komputer kita di masa depan.
WebOS
Leo Apotheker, ketika itu menjabat sebagai Chief Executive Officer HP menyatakan bahwa divisi WebOS mereka dibekukan. Langkah ini tentu mengejutkan apalagi mengingat bahwa HP baru saja membelinya dari Palm sebesar US$1,2 miliar sekitar setahun sebelumnya. Bagi perusahaan skala internasional sebesar HP, mematikan platform mobile yang menjanjikan tentu tidak terlihat sebagai langkah yang tepat.
Beberapa bulan kemudian, dewan direksi HP mengakui bahwa Apotheker memang keliru. Tak lama kemudian, ia dibebastugaskan dan diganti oleh Meg Whitman, mantan petinggi eBay. WebOS sendiri yang tadinya diperkirakan akan menjadi platform perangkat tablet dan mobile masa depan mengambang, karena HP membuatnya menjadi opensource. Langkah ini serupa dengan keputusan Nokia yang melepaskan platform Symbian mereka dan mendirikan Symbian Foundation di tahun 2008 lalu.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar